Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di sekolah, khususnya untuk siswa SMA atau sederajat, memerlukan keterbukaan dan komunikasi yang baik antara guru dan murid.
Keresahan yang dialami murid sering kali menjadi sumber konflik jika tidak diatasi dengan bijak. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menyediakan sarana yang tepat bagi murid untuk menyampaikan keresahan mereka.
Ungkapan seperti “Bosan Bu, pelajarannya bikin aku ngantuk” atau “Gurunya pilih kasih, hanya mengajar anak-anak yang mengerti saja” sering terdengar di sekolah. Jika tidak dikelola dengan baik, keresahan murid semacam dapat memicu konflik sehingga muncul ketidaknyamanan dalam belajar di dalam kelas.
Oleh sebab itu, murid memerlukan cara yang efektif untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka terkait cara mengajar, perilaku, atau tutur kata guru.
Di SMA Marsudirini Muntilan, misalnya, dengan keberagaman latar belakang budaya muridnya, keterbukaan dan komunikasi yang baik sangat penting untuk dibangun.
Membangun keterbukaan memungkinkan seluruh warga sekolah berkembang sesuai dengan karakteristik masing-masing, menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Langkah Menciptakan Lingkungan Belajar yang Nyaman
Langkah 1: Menjelaskan kepada Siswa Mengapa Kritik Membangun Sangat Penting
Guru perlu menjelaskan kepada murid bahwa kritik membangun bertujuan untuk perbaikan, bukan untuk menyerang secara personal.
Kritik ini adalah sarana untuk mengomunikasikan tindakan, tutur kata, atau cara mengajar yang perlu diperhatikan demi perbaikan di masa mendatang.
Langkah 2: Sharing Kelas
Wali kelas dapat memandu sesi sharing dengan pertanyaan pemantik yang membantu murid mengungkapkan keresahan mereka. Murid diminta untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang perlu diperbaiki, seperti cara mengajar guru, sikap, tindakan, dan program sekolah.
Langkah 3: Menyusun Bahan Kritik
Murid menganalisis keresahan mereka dan menyusun kritik dalam bentuk berbagai macam ekspresi. Bisa dalam bentuk pantun, puisi, gambar bercerita, atau bentuk lain yang sopan. Kritik ini disiapkan per kelas atau kelompok sesuai pilihan murid.
Langkah 4: Penyampaian Kritik
Murid diberikan kesempatan untuk menyampaikan kritik secara bergantian. Semua warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, dan karyawan, turut serta.
Jika ada murid yang kurang nyaman, kritik dapat disampaikan secara pribadi. Kritik ini sebagai sarana evaluasi dan refleksi untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang menyenangkan.
Langkah 5: Mendengarkan Kritik
Guru mungkin terkejut mendengar kritik murid, tetapi penting untuk mendengarkan dengan hati terbuka. Refleksi dari kritik ini membantu guru memahami apa yang sebenarnya diharapkan oleh murid.
Dengan penerapan langkah di atas, suasana kelas akan menjadi lebih kondusif dan menyenangkan. Guru dan murid membentuk ikatan emosional yang baik, memudahkan kontrol kelas dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
Untuk mendorong murid berbicara terbuka, tekankan bahwa tujuan kritik adalah untuk perbaikan bersama. Suasana kekeluargaan perlu dibangun agar murid merasa nyaman dan berani menyampaikan keresahan mereka.
Guru harus siap menerima masukan dari murid. Guru perlu menahan diri dan mendengarkan dengan hati terbuka ketika murid menyampaikan kritik.
Selain itu, murid perlu diajak mengumpulkan data untuk kritik membangun, memastikan bahwa kritik yang disampaikan berbasis fakta, bukan asumsi atau label semata.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif dapat terwujud, memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh warga sekolah.
Penulis: Ignatia Rini Purwati, Guru di SMA Marsudirini Muntilan.