Sistem Belajar Mandiri – Selain mendidik dan mengajarkan mata pelajaran, seorang guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didiknya untuk memiliki karakter anak bangsa sebagaimana yang sudah dimasukkan dalam perundang – undangan.
Salah satunya yakni mewujudkan karakter kemandirian dalam diri peserta didik. Karakter ini penting sebab peserta didik akan terlatih untuk bersikap independen dalam kehidupan baik di kelas maupun ketika terjun di lingkungan masyarakat nanti.
Namun, nampaknya pengimplementasiannya sedikit sulit sebab pergeseran karakter sebagian anak bangsa. Bukannya mandiri, mereka malah cenderung bersifat selalu menginginkan segala sesuatu dengan instan dan bergantung pada orang lain ataupun lingkungan sekitar.
Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan generasi bangsa dalam ambang kerusakan dan kehancuran. Mereka malah bergantung pada kekayaan dan kerja keras dari para orangtua dan kerabat dekatnya sendiri.
Untuk mewujudkannya di tengah – tengah dunia pendidikan, atau lingkungan kelas anda, cobalah untuk menerapkan lingkungan kelas dengan mengusung konsep sistem belajar mandiri. Sebagian besar tenaga pendidik banyak yang menggunakan konsep tersebut agar karakter mandiri dapat terwujud. Sebelum membahas lebih lanjut, berikut ulasan mengenai definisi dan cara penerapannya di lingkungan kelas.
Mengenal Sistem Belajar Mandiri
Menurut definisi, sistem belajar mandiri adalah sebuah perpaduan dari beberapa komponen yang memiliki fungsi tersendiri namun berkaitan untuk bisa meraih tujuan bersama dalam suatu lingkungan kompleks.
Sehingga sistem belajar mandiri bisa disederhanakan bahwa kondisinya bukanlah suatu fenomena belajar sendiri tanpa adanya tutor maupun teman kuliah sekalipun. Namun konsep belajar mandiri bisa dimaknai sebuah inisiatif dengan maupun tanpa bantuan dari orang lain khususnya dalam aspek kegiatan pembelajaran.
Pada pelaksanaannya, terdapat rambu – rambu yang harus diterapkan oleh para guru di lingkungan kelasnya.
Pertama, guru perlu memastikan adanya kehadiran pada pilihan materi yang diajarkan berdasar kebutuhan peserta dengan berbagai bentuk.
Kedua, guru perlu memastikan adanya waktu belajar yang luwes maupun fleksibel berdasar kondisi masing – masing peserta didik.
Ketiga, guru perlu memastikan adanya kemajuan dalam capaian pembelajaran pada setiap peserta didik dan bisa dibantu melalui pantuan berbagai pihak. Penilaian tersebut bisa dilakukan kapanpun baik oleh orangtua, teman sekitar maupun guru pengajar lainnya.
Keempat, jika ingin menerapkan sistem belajar mandiri, guru juga bisa untuk menentukan lokasi kegiatan belajar mengajar berdasar pilihan peserta didik.
Kelima, guru perlu melakukan adanya diagnosis pada kemampuan awal serta memiliki kebutuhan akan adanya remediasi bila kemampuan tersebut dirasa kurang. Pun terdapat pengecualian bila kemampuannya telah dikuasai.
Keenam, guru perlu senantiasa melakukan adanya program evaluasi hasil belajar dengan berbagai bentuk misalnya pemberlakukan tes pembuatan portfolio, penguasaan, dsb.
Ketujuh, guru bisa memberikan berbagai pilihan kegiatan belajar pada peserta didik berdasar kondisi dan karakteristik peserta didik.
Selain memahami rambu – rambunya dalam pemantapan Sistem Belajar Mandiri, anda perlu memahami juga terkait penerapan sistemnya.
Penerapan Sistem Belajar Mandiri
Penerapan belajar mandiri berdasar model instruksional biasanya terdiri dari beberapa pilihan. Pada penerapan pertamanya, anda perlu memastikan kehadiran variabel pada waktu yang telah digunakan untuk bisa dirinci lebih lanjut oleh para peserta didik.
Variabel yang nantinya akan digunakan terdiri atas kualitas instruksional, kemauan dan kemampuan. Penerapan keduanya, guru perlu memastikan adanya peningkatan pada nilai pembilang (yakni waktu yang sudah diberikan dan kegigihan peserta didik) dimana nilai tersebut akan meningkatkan aspek waktu yang diperlukan.
Pun hal tersebut dapat mengakibatkan adanya peningkatan pada keberhasilan belajar. Kedua penerapan tersebut tentu berdasar dari proses identifikasi akan kebutuhan belajar maupun berkarya yang dirasakan peserta didik.
Para pelajar sistem belajar mandiri biasanya tidak dapat dikontrol terkait aspek belajar kesehariannya. Sehingga sebelum diterapkan sistem tersebut, perlu adanya pengkajian konteks maupun karakteristik dari tiap peserta. Biasanya pengkajian konteks meliputi beberapa kondisi mulai dari aspek fisik, sosial – ekonomi, intelektual, serta beberapa pola kegiatan pada keseharian calon peserta yang mendaftar.
Sedangkan pengkajian karakteristik terdiri dari bahasan aspek minat, aspirasi, latar belakang pendidikan, kebiasaan maupun dari kemampuan membaca serta aspek yang lain.
Keseluruhan pengkajian tersebut dapat segera dilakukan dengan adanya pendekatan pragmatis yang berupa nilai, persepsi maupun keinginan berdasar pengamatan dari sekelompok perencana tentang berbagai kebutuhan yang diperlukan.
Biasanya, data terbaik yang mampu menjadi pendukung utama yakni data mantap atau hard data yang sengaja diambil melalui proses penelitian dengan cara melakukan kajian analisis pada hasil penelitian yang telah ada.
Program sistem belajar mandiri akan ditentukan berdasar tujuan dari program itu sendiri, pola instruksionalnya, format bahan pembelajaran, urutan dan sumber pelajaran, deskripsi isi serta kriteria penggarapannya.
Rencana yang sudah disusun dalam program sistem belajar mandiri tersebut selanjutnya akan dikembangkan mulai dari proses penentuan materi pada beberapa topik, lalu dijabarkan dalam wujud naskah agar bisa diproduksi.
Perencanaan program memiliki peran yang sangat penting sebab dari rencana tersebutlah seluruh rangkaian kegiatan misalnya program apa yang akan diproduksi, kapan perlu dipersiapkan, berapa besaran nominal dana yang diperlukan, identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana, jobdesk pengerjaan serta lainnya.
Selain itu, perlu juga bagi guru untuk memperhatikan aspek lainnya yakni mengenai perkembangan TIK. Sebab dengan teknologi tersebut seseorang dapat menerima adanya gagasan, sikap, informasi maupun nilai tanpa terencana dan sengaja.
Kemudian untuk strateginya sendiri, secara definisi seringkali dimaknai sebagai suatu usaha pendekatan yang bisa dijabarkanbaik dari sudut pandang falsafah maupun teori.
Kehadiran strategi sengaja ditetapkan untuk bisa mencapai tujuan – tujuan umum. Penentuan strategi biasanya terdiri dari aspek tujuan belajar, jenis maupun jenjang, kemudian aspek cara penyajian bahan pelajaran, dan media yang digunakan.
Pun juga terdiri dari aspek biaya yang diperlukan, waktu yang diberikan dan jadwalnya, kemudian adanya prosedur kegiatan pembelajaran serta aspek instrumen dan prosedur penelitian.
Penentuan strategi diatas akan memberikan masukan kepada para pengembang materi, kegiatan belajar dan distribusi berdasar model penerapan ala Carrol. Sehingga nantinya variabel yang terkontrol berkaitan dengan penentuan waktu yang sudah diberikan serta kualitas dari instruksi.
Materi Pembelajaran Sistem Mandiri
Untuk materi pembelajarannya sendiri, peserta didik yang mengikuti sistem belajar mandiri akan dapat menentukan dan memilih materi pelajaran yang diperlukan.
Dalam realitanya, materi tersebut sudah disiapkan para penyelenggara dengan berbagai alasan untuk pengendalian mutu dan meningkatkan efisiensi pembelajaran. Pada pengembangannya, materi tersebut harus bisa diperhatikan karakteristik dan kondisi peserta didiknya.
Demikian ulasan mengenai sistem belajar mandiri. Semoga artikel ini dapat menjadi referensi yang menarik dan bisa menjadi rekomendasi bagi para guru. Salam Pendidikan!
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
(rhm/shd)