Kurikulum Merdeka, yang akan diresmikan pada tahun 2024, menciptakan ruang bagi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Anindito Aditomo, PhD, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dalam implementasinya, mengikuti kondisi unik di setiap daerah.
Dikutip dari detikedu, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo, PhD, di Forum Media BSKAP di Jakarta pada Rabu 25 Oktober lalu, menjelaskan beberapa hal.
Aditomo mengatakan bahwa saat ini masyarakat perlu beradaptasi dengan Kurikulum Merdeka. Namun, ia juga menekankan bahwa jika kita tidak memberikan kepercayaan kepada guru dan sekolah untuk berperan aktif dalam perubahan pendidikan, maka kemajuan dalam sistem pendidikan kita akan sulit dicapai.
Baginya, guru dan kepala sekolah memiliki peran kunci dalam menggerakkan pendidikan, dan jika mereka terus-menerus berperan sebagai birokrat, maka sistem pendidikan kita tidak akan berkembang.
Kurikulum Merdeka didesain dengan tujuan agar tidak mudah tergeser, bahkan menjelang Pemilu 2024. Aditomo berbicara tentang perubahan kebijakan yang mendasar dan struktural yang mendapat dukungan dari publik yang merasakan manfaatnya.
Hal ini mencakup hak mahasiswa untuk belajar lintas program studi di luar kampus tanpa harus bergantung pada program-program tertentu. Di tingkat sekolah, ada asesmen diagnostik oleh guru yang memungkinkan identifikasi siswa yang perlu intervensi.
Aditomo juga menjelaskan bahwa beberapa program, seperti buku bacaan bermutu, bisa digantikan dengan mudah, tetapi kebijakan yang menyangkut kurikulum dan pembelajaran yang lebih fleksibel dan kontekstual jauh lebih sulit digantikan. Ini karena kebijakan ini didasarkan pada regulasi yang kuat, seperti Peraturan Pemerintah dan Permendikbud.
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada setiap daerah untuk menyesuaikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa di wilayah mereka. Hilangnya penyeragaman yang ada dalam Kurikulum 2013 memungkinkan guru untuk fokus pada literasi dan numerasi tanpa terlalu terikat pada materi yang harus diajarkan di setiap kelas.
Aditomo melihat bahwa dengan dasar yang lebih kuat, daerah tertinggal memiliki kesempatan untuk memperkuat fondasi pendidikan mereka, memungkinkan mereka untuk mengejar ketertinggalan dengan lebih cepat.
Kurikulum Merdeka juga mempersiapkan siswa untuk masuk perguruan tinggi dengan lebih baik.
Siswa dapat fokus pada mata pelajaran sesuai minat dan kemampuan mereka sejak sekolah menengah, memungkinkan mereka untuk lebih siap dalam melanjutkan pendidikan tinggi.
Halaman selanjutnya,