Supervisi akademik tentu bukan hal yang baru bagi Anda yang bekerja sebagai kepala sekolah.
Supervisi akademik adalah pendampingan yang dilakukan oleh atasan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola pembelajaran yang berkualitas, yang muaranya adalah peningkatan mutu lulusan peserta didik.
Namun, sayangnya, supervisi akademik sering kali dianggap seperti pengadilan ketimbang proses pengembangan. Banyak guru merasa terbebani dan khawatir berbuat kesalahan sehingga cenderung tidak menampilkan situasi pembelajaran yang sesungguhnya.
Selain itu, banyak kepala sekolah yang melakukan supervisi akademik hanya untuk sekedar memenuhi tugas mereka dan memiliki bukti administratif tanpa benar-benar membantu guru mengembangkan kompetensinya.
Akhirnya, tujuan supervisi akademik pun tidak tercapai. Karena itu, kepala sekolah perlu menggunakan pendekatan lain dalam mendampingi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka, baik secara pedagogis maupun profesional. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah coaching.
Apa yang akan terjadi ketika seorang kepala sekolah memutuskan untuk melakukan peningkatan praktik kinerja berbasis coaching?
Ketika seorang kepala sekolah memutuskan melakukan peningkatan praktik kinerja berbasis coaching, ia tidak lagi fokus menilai kelebihan dan kekurangan guru secara sepihak. Kepala sekolah yang melakukan peningkatan praktik kinerja berbasis coaching tidak terpaku pada hal formal dan teknis seperti penjadwalan atau menandai daftar periksa saat melakukan observasi kinerja. Sebaliknya, ia akan melakukan percakapan coaching baik sebelum maupun sesudah observasi.
Kepala sekolah ini akan menempatkan dirinya bukan sebagai atasan yang memberi instruksi, tetapi sebagai pendamping yang menemani perjalanan belajar guru. Ia tidak akan memberikan penilaian berdasarkan pandangan pribadinya, tetapi memaparkan fakta secara objektif lalu mendorong refleksi pribadi dari guru sendiri.
Saat kepala sekolah menggunakan pendekatan coaching, prinsip yang digunakan adalah kemitraan dan pemberdayaan. Pendekatan coaching juga merupakan sebuah proses kreatif di mana terdapat percakapan dua arah yang memicu proses berpikir kritis untuk memetakan dan menggali situasi serta menghasilkan ide-ide baru.
Coaching adalah pendekatan yang mampu memaksimalkan potensi dan mengarahkan guru untuk membuat rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh diri mereka sendiri. Pendekatan ini menghasilkan tindak lanjut yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya.
Maka, inilah dampak yang akan terjadi pada para guru ketika kepala sekolah menggunakan pendekatan berbasis coaching:
- Dukungan dalam Pengembangan Diri
Guru akan melihat praktik kinerja sebagai sebuah dukungan dari kepala sekolah dalam proses pengembangan dirinya. Mereka akan merasa didampingi dan dibantu dalam menghadapi tantangan yang ada. - Keterbukaan terhadap Tantangan
Guru akan terbuka terhadap tantangan yang dihadapi karena ia percaya bahwa kepala sekolah akan mendampinginya dalam mencari solusi. Mereka tidak lagi merasa takut atau cemas ketika dihadapkan pada masalah dalam pembelajaran. - Pemberdayaan Guru
Guru akan menjadi lebih berdaya karena pendapatnya dihargai, gagasannya didengar, dan mereka diberi kesempatan serta kepercayaan untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Mereka juga didorong untuk melakukan refleksi sehingga memiliki keterampilan untuk terus belajar secara mandiri tanpa tergantung pada orang lain.
Pendekatan berbasis coaching ini mungkin saja awalnya akan menimbulkan rasa takut dan enggan bagi guru untuk menunjukkan situasi yang sebenarnya selama observasi kinerja. Ini adalah hal yang wajar karena selama ini observasi sering kali dipahami sebagai penilaian.
Di sinilah peran kepala sekolah sangat penting untuk mengedukasi para guru agar tidak terbebani dengan siklus ini. Kepala sekolah perlu menciptakan suasana yang aman dan nyaman supaya guru merasa tidak takut salah atau tidak menganggap kesalahan sebagai aib.
Jadi, pendekatan coaching dapat digunakan agar praktik peningkatan kinerja menjadi pengalaman yang membangun, memotivasi, dan memberdayakan guru. Dengan demikian, tujuan supervisi akademik yang sebenarnya dapat tercapai, yaitu meningkatkan kompetensi guru untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan bermuara pada peningkatan mutu lulusan peserta didik.
SIMAK VIDEO BERIKUT INI: