Dalam upaya peningkatan kinerja guru perlu dilakukan adanya tahap perencanaan. Perencanaan ini dapat dimulai dengan sebuah obrolan antara guru dan kepala sekolah.
Dalam obrolan tersebut harus memiliki struktur yang baik agar tujuannya dapat dicapai secara maksimal.
Kesuksesan sebuah pengelolaan kinerja atau peningkatan kinerja guru guru yang efektif sangat bergantung pada kemampuan kepala sekolah dalam memfasilitasi percakapan yang produktif dan berfokus pada pengembangan diri guru.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah konsep TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, Tanggung Jawab).
Berikut adalah contoh percakapan antara kepala sekolah dan guru dalam tahap perencanaan sesuai dengan konsep TIRTA.
1. Tujuan
Kepala Sekolah: Selamat pagi, Bu Ana. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk pertemuan kita hari ini. Apa yang ingin Ibu dapatkan dari pertemuan kita hari ini?
Guru: Pagi, Pak. Saya ingin merencanakan fokus perubahan perilaku yang akan saya kembangkan dalam observasi kinerja nanti.
Kepala Sekolah: Baik. Apa ukuran keberhasilan dari percakapan kita hari ini menurut Ibu?
Guru: Saya ingin keluar dari pertemuan ini dengan rencana yang jelas tentang area kompetensi yang ingin saya kembangkan dan strategi yang tepat untuk mencapainya.
Kepala Sekolah: Bagus. Apa area perkembangan kompetensi yang ingin Ibu capai?
Guru: Saya ingin lebih baik dalam memberikan instruksi pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari murid.
2. Identifikasi
Kepala Sekolah: Apa yang Ibu maksud dengan memiliki kompetensi dalam memberikan instruksi pembelajaran yang kontekstual dan relevan?
Guru: Maksud saya, saya ingin mampu memberikan contoh-contoh yang nyata dan mudah dipahami oleh murid sehingga mereka bisa mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman sehari-hari mereka.
Kepala Sekolah: Mengapa perubahan perilaku ini terasa penting untuk Ibu?
Guru: Saya merasa murid saya lebih mudah memahami materi jika saya bisa mengaitkannya dengan situasi yang mereka alami sehari-hari.
Kepala Sekolah: Bagaimana situasi saat ini?
Guru: Saat ini, saya masih sering menggunakan contoh yang terlalu teoretis dan kurang relevan dengan kehidupan murid.
Kepala Sekolah: Kesempatan apa yang Ibu miliki sekarang sebagai modal awal untuk proses mencapai tujuan ini?
Guru: Saya memiliki banyak pengalaman praktis dan sering berdiskusi dengan rekan sejawat tentang cara mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Kepala Sekolah: Dari skala 1 hingga 10, di mana posisi Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan ini?
Guru: Mungkin sekitar 5 atau 6.
Kepala Sekolah: Apa yang menjadi kekuatan atau nilai plus Ibu dalam mencapai tujuan tersebut?
Guru: Saya cukup kreatif dalam mencari contoh dan memiliki hubungan yang baik dengan murid, jadi mereka mudah menerima penjelasan saya.
Kepala Sekolah: Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Ibu dalam melakukan perubahan perilaku ini?
Guru: Kadang-kadang saya kesulitan menemukan contoh yang tepat dan waktu untuk mempersiapkan materi yang lebih kontekstual.
Kepala Sekolah: Apa yang dapat membuat perencanaan ini tidak berjalan sesuai rencana?
Guru: Jika saya tidak bisa mengatur waktu dengan baik atau tidak mendapat dukungan dari rekan sejawat.
Kepala Sekolah: Apa solusi yang Ibu pikirkan untuk mengatasi hambatan ini?
Guru: Saya bisa mulai dengan membuat bank contoh kontekstual yang bisa saya gunakan kapan saja, dan meminta bantuan rekan sejawat untuk berbagi contoh yang mereka gunakan.
2. Rencana Aksi
Kepala Sekolah: Apa rencana Ibu dalam mencapai tujuan ini?
Guru: Saya akan mulai dengan menyiapkan bank contoh kontekstual dan mengatur waktu khusus setiap minggu untuk mempersiapkan materi pembelajaran.
Kepala Sekolah: Apa ukuran keberhasilan dari rencana aksi ini?
Guru: Jika murid saya lebih mudah memahami materi dan bisa mengaitkannya dengan kehidupan mereka, saya akan menganggap itu sebagai keberhasilan.
Kepala Sekolah: Apa yang membuat Ibu berpikir bahwa strategi ini tepat untuk tujuan kita?
Guru: Karena saya sudah melihat efektivitasnya dalam beberapa pelajaran sebelumnya ketika saya menggunakan contoh-contoh yang relevan.
Kepala Sekolah: Apa strategi lain yang dapat membantu Ibu mencapai tujuan ini?
Guru: Saya juga akan mencoba untuk mengikuti pelatihan atau workshop tentang pengajaran kontekstual jika ada kesempatan.
Kepala Sekolah: Bagaimana jangka waktunya?
Guru: Saya menargetkan untuk melihat perubahan signifikan dalam waktu satu semester.
Kepala Sekolah: Apa lagi yang harus disiapkan atau apa yang perlu diubah?
Guru: Saya perlu lebih disiplin dalam mengatur waktu dan mungkin perlu berbicara dengan kepala sekolah untuk mendapatkan dukungan dalam hal waktu dan sumber daya.
Kepala Sekolah: Siapa yang dapat membantu Ibu dalam menjalankan rencana aksi ini?
Guru: Rekan sejawat dan mungkin mentor atau pelatih dari luar sekolah.
4. Tanggung Jawab
Kepala Sekolah: Bisa dijabarkan kembali rencana yang Ibu akan lakukan?
Guru: Saya akan menyiapkan bank contoh kontekstual, mengatur waktu khusus setiap minggu untuk persiapan materi, dan mencari pelatihan yang relevan.
Kepala Sekolah: Apa komitmen Ibu terhadap rencana aksi ini?
Guru: Saya berkomitmen untuk menjalankan rencana ini dengan konsisten dan meminta dukungan jika diperlukan.
Kepala Sekolah: Kapan Ibu akan mulai melakukannya?
Guru: Saya akan mulai minggu depan.
Kepala Sekolah: Bagaimana Ibu akan menjaga komitmen ini?
Guru: Saya akan mencatat kemajuan saya setiap minggu dan meminta rekan sejawat untuk memantau dan memberikan umpan balik.
Dengan pendekatan berbasis konsep TIRTA ini seperti conoth di atas, kepala sekolah dapat membantu guru merencanakan dan mencapai tujuan pengembangan diri mereka secara efektif. Percakapan yang terstruktur dan fokus pada pencapaian tujuan dapat meningkatkan kinerja guru dan, pada gilirannya, meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
DOWNLOAD PANDUAN PERCAKAPAN PERENCANAAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA GURU