Refleksi pemahaman baru tentang menjadi pemimpin di satuan pendidikan akan diajukan ketika Anda mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga termasuk ketika menjalani pelatihan di Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Setelah menyimak berbagai materi, biasanya akan disuguhkan sebuah formulir refleksi untuk mengidentifikasi sejauh mana peserta pelatihan tersebut memahami materi yang telah disampaikan. Selain itu juga untuk mengetahui sudut pandang peserta pelatihan setelah dilakukan penyampaian materi.
Nah, berikut ini adalah contoh-contoh refleksi pemahaman baru tentang menjadi pemimpin di satuan pendidikan yang dapat ditulis formulir refleksi. Misalnya di PMM.
Refleksi 1: Mengenai Paradigma Kepemimpinan sebagai Pamong
Judul: Memahami Peran Sebagai Pamong dalam Kepemimpinan Pendidikan
Isi Refleksi:
Sebagai kepala satuan pendidikan, saya menyadari betapa pentingnya menjalankan peran sebagai pamong, yang tidak hanya berfokus pada manajemen administratif, tetapi juga pada pembinaan dan pemberdayaan seluruh warga sekolah.
Menjadi pamong berarti mampu menuntun, memberikan teladan, semangat, dan dorongan kepada setiap pendidik dan peserta didik. Konsep “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” mengingatkan saya bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang memberikan inspirasi dari depan, semangat dari tengah, dan dukungan dari belakang.
Dengan menerapkan prinsip ini, saya berkomitmen untuk terus memperbaiki diri dan lingkungan sekolah agar menjadi tempat yang inklusif dan mendukung potensi semua warga sekolah.
Refleksi 2: Mengenai Coaching sebagai Strategi Pemberdayaan
Judul: Mengimplementasikan Coaching untuk Pemberdayaan Pendidik
Isi Refleksi:
Materi mengenai coaching sebagai strategi pemberdayaan membuka wawasan saya tentang bagaimana proses coaching dapat digunakan untuk memaksimalkan potensi rekan pendidik. Sebagai kepala satuan pendidikan, saya akan mengadopsi pendekatan coaching dalam supervisi akademik dan pengelolaan sekolah.
Prinsip-prinsip coaching seperti kemitraan, percakapan dua arah, dan memaksimalkan potensi individu sangat relevan untuk menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan proaktif.
Dalam setiap sesi coaching, saya akan berfokus pada mendengarkan, menggali, dan membantu rekan pendidik menemukan solusi serta rencana tindakan yang mereka buat sendiri. Ini akan mendorong peningkatan kompetensi dan semangat kolaboratif di antara semua pendidik di sekolah.
Refleksi 3: Mengenai Pola Pikir dan Paradigma Coaching
Judul: Mengadopsi Pola Pikir Coaching dalam Kepemimpinan Sekolah
Isi Refleksi:
Setelah mempelajari tentang pola pikir dan prinsip-prinsip coaching, saya memahami bahwa untuk menjadi pemimpin yang efektif, saya harus mengadopsi pola pikir yang fokus pada pengembangan potensi individu, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, serta mampu melihat peluang baru dan masa depan.
Dalam percakapan coaching, fokus saya akan lebih pada pemikiran dan perasaan rekan pendidik daripada topik diskusi. Dengan bersikap terbuka dan menerima pemikiran yang berbeda, saya berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.
Kesadaran diri yang kuat akan membantu saya tetap fokus pada tujuan utama, yaitu memberdayakan seluruh warga sekolah untuk mencapai potensi terbaik mereka dan menghadapi tantangan masa depan dengan lebih percaya diri.
Nah, itulah contoh refleksi pemahaman baru tentang menjadi pemimpin di satuan pendidikan yang bisa Anda gunakan sebagai referensi. Sebagai manusia, Anda pasti memiliki sudut pandang atau pemahaman sendiri mengenai materi atau hal baru yang baru saja dipelajari.