Diklat 35JP – e-Guru.id akan menyelenggarakan Diklat 35JP Penyusunan Modul Projek Kurikulum Merdeka dalam upaya melancarkan program Kurikulum Merdeka. Diklat kali ini akan menghadirkan Ahli Instruktur dalam bidang Kurikulum yaitu Ibu Fitria Martanti, M.Pd. selaku Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sertifikasi Universitas Wahid Hasyim dan Pelatih Ahli Program Sekolah Penggerak
Diklat akan diselenggarakan pada tanggal 8 – 11 April 2022, pada pukul 13.30 – 15.00 WIB. Diklat ini akan diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui Channel Youtube Belajar Era Digital.
Adapun beberapa manfaat yang bisa didapatkan oleh peserta adalah sebagai berikut :
- Tips dan trik Mudah Menyusun Modul Projek untuk semua Jenjang (SD, SMP, SMA/SMK
- Kumpulan File PTK
- Kumpulan Contoh Modul Projek
- Review dan Evaluasi
Diklat 35JP ini sangat penting untuk guru yang masih membutuhkan pembelajaran dalam menyusun Modul Projek.
Daftar Sekarang Juga Diklat 35JP!!
Apresiasi untuk seluruh peserta mendapat SERTIFIKAT 35JP
Selain itu peserta juga akan mendapatkan fasilitas menarik lainnya sebagai berikut :
E-Sertifikat 35JP
Undangan dan Daftar Hadir
Materi Diklat
Contoh Laporan Kegiatan
Contoh Laporan Pengembangan Diri
Akses Zoom Meeting
Pendampingan Via Grub Telegram
Investasi Kegiatan :
Dengan hanya Rp 149.000
Harga Spesial Menjadi :
Member e-Guru.id Rp 89.000
Non Member Rp 109.000
Melakukan Pembayaran dengan cara Transfer ke:
Rek. BRI 303701023644536
a.n Hayyi Rosyida
Link Pendaftaran:
Narahubung:
https://wa.me/6281391137254 (Sismono e-Guru.id)
Pembelajaran Berbasis Projek
Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning=PjBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Project based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.
Karakteristik Project Based Learning memiliki karakteristik yang membedakan model yang lain. Karakteristik tersebut, antara lain :
- Centrality
Pada project based learning proyek menjadi pusat dalam pembelajaran.
- Driving question
Project based learning difokuskan pada pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi dengan konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai.
- Constructive Investigation
Pada project based learning, siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan investigasi secara mandiri (guru sebagai fasilitator).
- Autonomy
Project based learning menuntut student centered, siswa sebagai problem solver dari masalah yang dibahas.
- Realisme
Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otetik dan menghasilkan sikap professional.
Tujuan Project Based Learning Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan dalam penerapannya. Tujuan project based learning, antara lain :
- Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek
- Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
- Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata
- Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek
- Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PjBL yang bersifat kelompok
Langkah-langkah pembuatan Project Based Learning :
- Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question/essential question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
- Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
- Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
- Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
- Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.
- Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Projek
- Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
- Meningkatkan kecakapan kolaboratif. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davydov, 1995). Contohnya misalnya siswa bisa memasak resep MPASI untuk bayi yang dikomunikasikan secara bersama-sama dengan teman kelompoknya.
- Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbasis Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
- Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan keterampilan yang amat penting di tempat kerja kelak. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Projek
- Pemilihan topic unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas yang sumber-sumber belajar yang diperlukank, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah.
- kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertical maupun horizontal, belum melaksanakan metode ini
- bahan pelajaran sering menjadi luar sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas
Demikian artikel mengenai Diklat 35JP Penyusunan Modul Projek Kurikulum Merdeka Untuk Semua Jenjang. Semoga bermanfaat!
Penulis : Sismono
Dapatkan informasi guru terupdate dengan join channel telegram : https://t.me/wartagurudotid