Model pembelajaran kontekstual – Upaya pengembangan model pembelajaran merupakan suatu keharusan yang wajib dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Guru adalah kunci keberhasilan pembelajaran di sekolah yang terlibat langsung untuk merencanakan dan melaksanaka belajaran agar hasil pembelajaran dapat lebih berkualitas.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kontekstual (Contextual theaching learning). Model pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Model pembelajaran kontektual memungkinkan siswa untuk menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif maupun nyata, baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran model kontekstual memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do) karena pembelajaran ini mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman nyata (real word learning), berfikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasikkan, tidak membosankan, (joyfull and quantum learning) dan menggunakan berbagai sumber belajar.
Dalam model kontekstual, guru bertugas untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya. Dalam hal ini, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada pemberian informasi dan guru bertugas untuk mengelola kelas untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.
Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
- Melaksanakan komunikasi yang komunikatif (making meaningfull connection)
Siswa memposisikan diri sebagai orang yang belajar secara aktif untuk mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja mandiri atau kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (Learning by doing).
- Melakukan aktivitas-aktivitas yang signifikan (doing significan work)
Dalam hal ini siswa dapat mengkaitkan hubungan antara sekolah dengan berbagai konteks dalam kehidupan nyata.
- Belajar dengan pengaturan sendiri (self-regulated learning)
Model pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memiliki tujuan, ada hubungannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan terdapat produk atau hasil yang bersifat nyata.
- Bekerjasama (colaborating)
Guru dan siswa dapat berkolaborasi secara efektif dalam kelompok belajar. Tugas guru adalah membantu siswa dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
- Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
Pembelajaran model ini menuntun siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif dengan melakukan analisis, membuat sintesis, memecahkan masalah ,membuat keputusan dan menggunakan logika.
- Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa dapat memelihara pribadinya dengan mengetahui, memberi perhatian, membuat harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri untuk terus melangkah maju.
- Mencapai standar yang tinggi (reaching highsstandard)
Untuk mencapai standar yang tinggi, maka tugas guru adalah melakukan identifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk dapat mencapai standar yang telah ditetapkan.
- penilaian autentik (using autentic assessment)
Untuk tujuan yang baik (bermakna) siswa dapat menggunakan pengetahuan akademik dalan dunia nyata. Contohnya, siswa dapat menggambarkan informasi akademik yang telah dipelajarinya untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata.
Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu ; konstruktivisme (constructivism), bertanya (quetioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (Reflection) dan penelitian sebenarnya (authentic assessment).
- Konstruktivisme (constructivim)
Konstruktivisme yaitu mengembangkan pikiran siswa untuk belajar lebih baik dengan cara bekerja sendiri, mengkonstruksi sendiri, pengetahuan dan keterampilan barunya. Pengetahuan dapat dibangun dan ditemukan oleh siswa sendiri. Siswa harus merekonstruksi pengetahuan kemudian mengartikan melalui pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
- Menemukan (Inquiry)
Inquiry merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada proses pencarian penemuan yang melalui proses berpikir secara sistematis, proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman,serta siswa dapat belajar dengan keterampilan berpikir kritis.
- Bertanya (question)
Bertanya merupakan suatu bentuk keingintahuan siswa terhadap suatu hal. Bertanya dapat mendorong terjadinya dialog interaktif dengan keseluruhan unsur yang terlibat dalam komunitas belajar sehingga mendorong proses dan hasil pembelajaran lebih luas dan mendalam. Bertanya dapat mendorong siswa untuk lebih berpikir kritis serta dapat mendorong siswa untuk belajar lebih jauh dan mendalam.
- Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah pembelajaran yang didapat dari hasil kolaborasi dengan orang lain. Pembelajaran ini dapat dilaksanakan dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.
Dalam praktek masyarakat belajar, terbentuklah kepompok-kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekolaborasi dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kakak kelas dan adik kelas serta bekolaborasi dengan masyarakat.
- Pemodelan (modeling)
Dalam pembelajaran dibutuhkan adanya model yang dapat dicontoh oleh siswa. Terkait hal ini model bisa berupa cara melempar atau menendang bola dalam olah raga, cara melafalkan kalimat dalam bahasa asing, cara melukis dalam mata pelajaran keterampilan, dan lain-lain. Ketika guru mampu menjadi model, maka dapat memberikan motivasi pada siswa bahwa dirinya juga bisa melakukannya.
- Refleksi (reflektion )
Refleksi merupakan upaya untuk melihat, mengorganisir, menganalisis, mengklarifikasi dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
Untuk merealisasikannya, pada akhir pelajaran guru dapat merancang sisa waktu pembelajaran untuk memberikan kesempatan kepada siswa guna melakukan refleksi dengan cara mendengarkan pernyataan siswa terkait pengetahuan apa yang telah diperoleh selama sesi pembelajaran, melihat catatan di buku siswa, melakukan diskusi dan tanya jawab, melihat karya siswa, serta guru dapat menanyakan kepada siswa terkait kesan dan pesan selama proses belajar berlangsung.
- Penilaian Otentik (authentic assessment)
Penilaian otentik merupakan proses pengumpulan beragam data untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. Untuk mengukur hasil pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan tes (ujian/ulangan), tetapi juga dapat dilakukan dengan penilaian otentik yangmana dapat memberikan informasi yang benar dan akurat tentang apa yang diketahui dan bisa dilakukan oleh siswa serta terkait kualitas program pendidikan.
Penilaian otentik dapat berupa karya siswa, hasil tes tertulis, penampilan presentasi, proyek atau laporan kegiatan siswa.
Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang menekankan pada hafalan dan pemberian materi yang ditentukan guru sehingga dalam pembelajaran siswa cenderung pasif dalam menerima informasi. Kemudian, waktu belajar siswa juga dihabiskan untuk mengerjakan tugas oleh guru. Hasil belajar siswa diukur dari kegiatan akademik dalam bentuk tes (ujian dan ulangan).
Sedangkan pada pembelajaran kontekstual, pembelajaran didasarkan pada pemahaman makna dan pemilihan informasi didasarkan atas kebutuhan siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Pada model pembelajaran kontekstual, materi pelajaran dikaitkandengan kehidupan sehari-hari siswa serta waktu belajar siswa dapat digunakan untuk belajar berdiskusi, tanya jawab, berpikir kritis, menemukan, mengerjakan proyek, dan memecahkan masalah melalui kelompok.
Kelebihan Pembelajaran Kontekstual
– Pembelajaran lebih bermakna karena siswa dituntut untuk mengaitkan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
– Pembelajaran kontekstual lebih produktif karena siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
– Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pengetahuan siswa berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
[Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]
Dapatkan informasi guru terupdate dengan join channel telegram: https://t.me/wartagurudotid
Penulis : Siti Mahsunah