Penerapan computational thinking kurikulum merdeka pada Jenjang SD merupakan salah satu hal yang ditanamkan pada kurikulum merdeka.
Penerapan computational thinking menjadi salah satu bagian dari penguatan kompetensi yang mendasar dan pemahaman holistic yang ditekankan pada kurikulum merdeka.
Istilah Computational Thinking pertama kali diperkenalkan secara umum mulai tahun 1980 dan 1996 oleh Seymor Papert yang kemudian pada tahun 2014, pemerintah Inggris mulai mengenalkan teknologi komputasi kepada siswa dari tingkat dasar hingga menengah.
Berpikir komputasi artinya mampu memposisikan diri untuk berpikir layaknya sebuah mesin yang dapat bergerak secara dinamis.
Sehingga berpikir komputasional dapat diartikan menjadi sebuah konsep atau cara untuk mengamati masalah dan mencari solusi dengan menerapkan teknologi computer/komputasi.
Mengutip dari keputusan kepala BSKAP No. 008/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran pada PAUD, jenjang Pendidikan Dasar dan jenjang Pendidikan Menengah.
Pada kurikulum merdeka bahwa berpikir komputasional yaitu terampil menciptakan solusi-solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara sistematis, kritis, analitis, dan kreatif.
Dengan harapan mengasah keterampilan problem solving yang efektif, efisien, dan optimal sebagai landasan untuk menghasilkan solusi dengan menerapkan penalaran kritis, kreatif dan mandiri pada siswa jenjang sekolah dasar.
Untuk lebih paham terkait penerapan computational thinking, berikut merupakan tahapan dari computational thinking.
Tahapan Penerapan Computational Thinking
Berdasarkan konsepnya, pemikiran komputasional atau Computational Thinking memiliki empat tahap utama, antara lain:
Decomposition (Dekomposisi)
Dekomposisi, yaitu memecah masalah kompleks menjadi beberapa bagian kecil dan sederhana.
Sehingga, kita bisa menemukan masalah yang terjadi dengan menyelesaikannya satu persatu.
Pattern recognition (Pengenalan pola)
Pengenalan pola akan membantu dalam memecahkan masalah. Pada tahap ini, mencari pola atau persamaan tertentu dalam sebuah masalah.
Pemecahan masalah di tahap ini adalah memadukan dan mencari persamaan dari pola-pola masalah tertentu agar mampu didapatkan solusi daripadanya.
Abstraction (Abstraksi)
Beberapa hal yang dilakukan pada tahap abstraksi antara lain, melihat permasalahan, melakukan generalisasi, dan melakukan identifikasi informasi.
Dengan cara ini, harapannya dapat melihat informasi penting dan mengabaikan informasi yang kurang relevan.
Algorithm (Algoritma)
Algorithm (Algoritma) adalah tahapan saat kita mengembangkan sistem, membuat daftar petunjuk dan langkah-langkah pemecahan masalah secara efektif dan efisien.
Sehingga pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS di jenjang Sekolah Dasar akan mengintegrasikan computational thinking baik pada materi nya ataupun pada proses pembelajarnnya.
Hal tersebut bertujuan untuk mengasah kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan kemampuan berpikir secara terstruktur dan pemahaman aspek sintaksis maupun semantik dalam bahasa.
Membentuk kebiasaan peserta didik untuk berpikir logis dalam Matematika, serta kemampuan menganalisis dan menginterpretasi data dalam Sains (IPAS).
Dan dengan hal tersebut diharapkan siswa maupun siswi pada jenjang sekolah dasar dapat mengetahui, memahami dan melakukan penerpan computational thinking untuk menyelesaikan masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS.
Serta terlatih juga untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari saat menemui suatu persoalan ataupun ketika ingin melakukan suatu hal.
Agar permasalahan dan hal yang akan dilakukan tersebut bisa diselesaikan dan dicapai secara efektif, efisien dan Optimal.
Agar lebih paham terkait penerapan computational thinking pada kurikulum merdeka, berikut ini merupakan dasar penerapannya.
Dasar Penerapan Computational Thinking
Kurikulum Merdeka yang di luncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek).
Nadiem Anwar Makarim pada Februari 2022 adalah sebagai salah satu upaya dari pemerintah untuk memulihkan pembelajaran pasca pendemi.
Pada masa pandemi Covid-19 krisis pembelajaran yang ada telah membuat pendidikan semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan yang semakin besar dalam pembelajaran antar wilayah dan kelompok sosial ekonomi.
Kurikulum Merdeka yang sebelumnya disebut dengan kurikulum prototipe sudah di aplikasikan disemua jenjang pendidikan.
Lengkapnya pada jenjang SD, SMP dan SMA pada Program Sekolah Penggerak (PSP) dan Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMKPK) di tahun ajaran 2021/2022.
Setelah dikeluarkan kebijakan Kurikulum Merdeka maka pemerintah memberikan kesempatan untuk sekolah di Indonesia.
Tepatnya dimulai pada jenjang PAUD, sekolah dasar dan Sekolah Menengah yang diberi kebijakan untuk menggunakan kurikulum merdeka sebagai salah satu dari tiga opsi kurikulum yang bisa di gunakan di instansi sekolah untuk periode tahun ajaran 2022 sd 2024.
Halaman Selanjutnya
Berikut ini merupakan beberapa manfaat…