Literasi merupakan aspek penting dalam pendidikan, dan pendidik diharapkan mampu mengenali, menganalisis, dan mengembangkan kemampuan literasi peserta didiknya.
Kemampuan literasi pendidik sesuai dengan Perdirjen nomor 0340 setidaknya terdapat dua level, yaitu tahap cakap dan tahap mahir.
Tahap Cakap adalah di mana pendidik dengan kompetensi literasi tahap cakap memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menginterpretasi profil kemampuan literasi peserta didiknya. Pendidik dapat mengenali kemampuan membaca dan menulis peserta didik berdasarkan aspek-aspek seperti pengetahuan huruf, kesadaran fonemik, kefasihan membaca, pengetahuan kosakata, dan pemahaman bacaan.
Tahap Mahir adalah di mana pendidik tidak hanya menganalisis dan memetakan kemampuan literasi peserta didik, tetapi juga mampu mengevaluasi, merefleksi permasalahan, dan merumuskan solusi dari hasil analisis tersebut. Pendidik memiliki keterampilan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih kompleks dan efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
Contoh Lingkungan Belajar Kaya Literasi
Baik pendidik di tahap cakap maupun mahir harus mampu menjabarkan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan literasi. Lingkungan seperti ini sangat penting untuk memotivasi minat membaca dan menulis peserta didik.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan pendidik untuk mengasah dan menguatkan kompetensi literasinya dapat dilihat pada contoh berikut ini:
- Analisis dan Pemetaan Kompetensi Literasi Peserta Didik
- Contoh Kasus: Bu Eka, seorang guru kelas 1, menggunakan aktivitas menggambar huruf untuk mengenali kompetensi literasi peserta didiknya. Bu Eka menulis satu huruf di papan, lalu peserta didik menggambar benda yang mengandung huruf tersebut dan menuliskan namanya. Bu Eka mengamati cara peserta didik memegang alat tulis dan menganalisis kemampuan mengenali huruf serta kesiapan menulis mereka. Dari hasil ini, Bu Eka memetakan kesiapan membaca dan menulis peserta didiknya menjadi tiga kelompok besar dan menyiapkan strategi khusus untuk masing-masing kelompok.
- Peningkatan Kosakata, Decoding, dan Pemahaman Bacaan
- Contoh Kasus: Pak Dwi, guru sejarah kelas 7, menggunakan metode narasi untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didiknya. Setiap pelajaran sejarah, peserta didik membaca atau mendengarkan narasi, kemudian menceritakan kembali bacaan tersebut secara lisan atau tertulis. Melalui kegiatan ini, Pak Dwi dapat mengenali kemampuan decoding, pemahaman bacaan, dan pengetahuan terkait teks peserta didiknya. Peserta didik dengan kompetensi rendah cenderung mengulang kosakata dalam teks tanpa pengembangan, sedangkan peserta didik dengan kompetensi tinggi dapat mengembangkan dan mengaitkan teks dengan pengetahuan sebelumnya.
- Pengembangan Keterampilan Menulis melalui Proyek Individu
- Contoh Kasus: Bu Putri, guru kelas 9, menggunakan proyek individu untuk mengasah keterampilan menulis peserta didiknya. Setiap peserta didik diminta membuat proposal proyek yang mencakup latar belakang, deskripsi, dan rancangan kerja. Melalui proposal ini, Bu Putri dapat menganalisis kemampuan menulis peserta didiknya dan memberikan asistensi serta revisi untuk meningkatkan kecakapan menulis mereka.
- Mendorong Kreativitas Menulis melalui Riset dan Publikasi
- Contoh Kasus: Pak Catur, guru fisika kelas 11, mendorong peserta didiknya untuk melakukan riset tentang konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari dan menuliskannya dalam bentuk yang menarik. Pak Catur menyediakan laman web khusus bagi para murid untuk mengunggah hasil tulisan mereka agar dapat mendapat respons dan evaluasi dari banyak pihak. Ini membantu peserta didik terbiasa mengekspresikan pengamatan riset menjadi karya tulis yang ramah untuk pembaca umum.
Untuk menerapkan keempat strategi seperti yang digambarkan di atas, pendidik membutuhkan kemampuan literasi yang mumpuni dalam mengumpulkan data, menganalisisnya, dan menerjemahkannya menjadi strategi tertentu.
Keempat strategi ini tidak hanya mengasah kompetensi literasi peserta didik tetapi juga memperkuat literasi dalam diri pendidik. Melihat pendidiknya terlibat langsung dalam kegiatan literasi yang nyata, peserta didik akan semakin termotivasi untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka.
Siapkah Anda memulai strategi literasi di kelas masing-masing?