Digitalisasi Pendidikan – Abad ini, merupakan abad yang bisa ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi. Tanpa disadari, para generasi sudah melebur pada era modern. Di era tersebut, semua hal dapat diakses tanpa mengenal batasan ruang dan waktu.
Anda hanya cukup menggenggam smartphone dan menyediakan akses internet, maka anda akan segera mengetahui kondisi dan informasi terbaru seluruh negeri tanpa menunggu bertahun – tahun. Kemajuan seperti ini menjadikan anggapan bahwa segala sesuatu yang mustahil akan menjadi mungkin dan lumrah dimanfaatkan oleh para individu.
Salah satu tokoh terkemuka yang bernama Alvin Toffler dari Amerika, menegaskan bahwa era kemanusiaan sebenarnya terdiri dari 3 fase. Pertama, fase masyarakat agraris, kemudian fase masyarakat industri dan masyarakat informasi. Jika disesuaikan dengan kondisi sekarang, maka hari ini telah memasuki fase masyarakat informasi.
Fase masyarakat informasi merupakan fase dimana terjadi pertukaran maupun penggunaan teknologi komunikasi dengan durasi dan intensitas yang tinggi. sederhananya, informasi tersebut sudah menjadi bagian inti dari kebutuhan manusia.
Sebagaimana sebuah istilah yang menyebutkan bahwa “Informasi merupakan kunci kehidupan dari berlangsungnya kehidupan politik, sosial maupun bisnis”.
Fase masyarakat informasi juga disamakan dengan era modern bagi para pakar komunikasi yang ada di dunia. Secara tidak langsung fenomena tersebut akan menjadikan masyarakat menerima dan mulai membuka diri dengan sejumlah perkembangan media maupun teknologi komunikasi secra global.
Bahkan, teknologi menjadi suatu aspek penunjang yang bisa diperhitungkan untuk bisa menunjang proses ekspansi jaringan informasi dan ekonomi.
Perlu dipahami, bahwa teknologi yang sudah ada sekarang tentu tak bisa dibendung. Sehingga mau tak mau seluruh aspek kehidupan harus mampu menerima dan merespon dengan baik. Salah satunya yakni sisi pendidikan atau proses digitalisasi pendidikan. Proses ini tentu berkaitan dengan aspek literasi digital.
Menurut maknanya, digitalisasi merupakan proses perubahan sesuatu menjadi digital atau bisa didefinisikan sebagai serangkaian proses digitasi dimana terdapat tahapan pengambilan pada benda fisik serta proses analog menjadi bentuk digital. Sedangkan, literasi digital adalah kemampuan pada aspek pengetahuan dan kecakapan individu pada penggunaan media digital, jaringan internet maupun alat komunikasi pada proses penemuan informasi lalu kemudian dievaluasi.
Fenomena digitalisasi pendidikan dianggap sebagai bentuk rasa syukur. Sebab keberadaan teknologi tersebut mempermudah berbagai pekerjaan khususnya bagi guru dan peserta didik. Contoh dari digitalisasi pendidikan yang positif yakni terlaksananya kebijakan PJJ yang mengusung konsep penggunaan teknologi sebagai bentuk dari penjagaan protokol kesehatan. Kemudian, para guru sendiripun juga mendapat kemudahan dalam mengisi penilaian maupun memberikan tambahan dukungan bagi pembelajaran peserta didik. sebab segala sesuatu dapat dijalankan secara online.
Faktor Pendorong Digitalisasi Pendidikan
Adapun faktor yang menjadikan terjadinya fenomena digitalisasi pendidikan yakni :
1. Terbatasnya Ruang
Faktor pertama yang menyebabkan terjadinya digitalisasi pendidikan yakni ketersediaan ruang yang terbatas. Dengan adanya teknologi, pendidikan tak lagi memerlukan tempat yang luas untuk memulai forum. Cukup dengan menampilkan wajah sebagai adab dalam majelis, maka anda sudah bisa merasakan suasana belajar.
Selain itu, digitalisasi pendidikan juga menjadi solusi yang cukup ampuh bagi beberapa pendidikan yang tidak memiliki banyak ruang untuk menyimpan arsipnya. Semua arsip dapat dibuat dan diunggah ke media digital sehingga memudahkan penyimpanan.
Selain itu, konsep ini juga menjadikan lembaga dapat mengurangi anggaran untuk melakukan pembangunan sebab dana yang dibutuhkan cukup dialokasikan pada perawatan atau maintenance bagi sistem online yang sedang digunakan.
2. Kebutuhan Ilmu yang Meningkat
Selain itu, fenomena digitalisasi semakin meningkat seiring berkembangnya kebutuhan para peserta didik terhadap informasi yang ada.
Jika dahulu guru dan peserta didik harus berjalan ribuan kilo dan bahkan hanya bisa mendapatkan satu materi saja, namun hari ini kecanggihan teknologi mengubah segalanya. Bahkan sebelum peserta didik diajarkan topik tersebut, mereka bisa mencari tahu terlebih dahulu untuk mempelajarinya.
Sehingga sekolah dapat menjadi tempat untuk wadah konfirmasi keilmuan. Dengan begitu, maka peserta didik dapat belajar lebih optimal lagi dibandingkan hanya sekedar menggunakan teknologi untuk hal – hal tak bermanfaat.
Kelemahan Digitalisasi Pendidikan
Meski terdapat beberapa manfaat yang bisa diambil dari digitalisasi pendidikan, masih saja ada kelemahan yang harus anda pahami supaya bisa menghindarinya. Adapun kelemahan digitalisasi pendidikan diantaranya yakni :
Pertama, menjadikan peserta didik lebih menyenangi hal instan dibandingkan melakukan kerja keras. Hari ini banyak didapati fakta bahwa generasi Z maupun baby boomers rentan untuk rebahan dan malah lebih aktif memanfaatkan teknologi untuk hal – hal yang tidak berguna.
Padahal, sudah seharusnya mereka memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan daya kreativitas dan pengetahuan agar menjadi orang yang terdidik.
Hilangnya daya juang dalam peserta didik juga mengkhawatirkan, sebab seharusnya generasi muda merupakan tonggak peradaban untuk perubahan bangsa. Sikap memilih suka instan harusnya tidak mereka miliki sebab tidak semua informasi yang diakses dapat dibuktikan dengan valid.
Kedua, digitalisasi pendidikan membuat generasi menjadi pengikut trend daripada menjadi seorang pionir perubahan. Hari ini, lebih sering terlihat fakta bahwa generasi suka mengikuti trend tanpa mengetahui esensi dasarnya. Padahal, penting bagi generasi untuk senantiasa mengkaji esensi yang penting supaya segala sesuatu yang dilakukan selanjutnya dapat berjalan dengan optimal. Idealnya mereka menjadi pionir untuk kemajuan bangsa.
Teknologi harusnya menjadikan mereka lebih kreatif dan meningkatkan inovasi dibanding sekedar melakukan imitasi.
Ketiga, digitalisasi pendidikan menyebabkan generasi tak bijak dalam menyaring informasi. Hal ini begitu penting untuk dipahami sebab jika tidak, maka percuma teknologi canggih tapi generasi di ambang kehancuran.
Segala informasi harusnya diambil yang baik menurut standar keyakinan, bukan tafsir diri sendiri. Sebab jika menurut perasaan pribadi, maka semua aktivitas terbilang benar. Misal, ikut membudayakan tindakan korupsi kecil. Misal menyontek, lalu datang telat dan sebagainya.
Keempat, digitalisasi pendidikan menyebabkan generasi mengadopsi berbagai perilaku amoral. Tidak bisa dinafikan, kalau teknologi sampai menjadikan generasi harus terseret arus globalisasi. Salah satunya yang mengkhawatirkan yakni aktivitas pergaulan bebas serta amoral lainnya.
Pergaulan bebas menjadi hal yang wajar dan malah diterima di lingkungan bangsa yang ramah tamah. Padahal sebelumnya, bangsa ini sangat menghargai harga dan martabat pria dan wanita bukannya malah terkesan saling merendahkan satu sama lain.
Pacaran seolah – olah menjadi aktivitas yang subur semenjak dikenalkannya teknologi. Malah sudah diperkenalkan lewat industri perfilman dan masih banyak lagi sarananya.
Kelima, digitalisasi pendidikan menjadi ruang terbukanya perdebatan tak masuk akal dan malah menghabiskan waktu, apalagi jika terkait dengan SARA. Perdebatan ini malah seakan – akan menjadi tren dan ada yang sampai saling menyalahkan saudara sesama.
Demikian ulasan mengenai digitalisasi pendidikan. Semoga ulasan ini dapat menjadi bahan perenungan akan terjadinya digitalisasi pendidikan.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
(rhm/shd)