Kecerdasan Emosional – Menjadi seorang pendidik tentu tidak hanya berorientasi pada peningkatan intelektual semata. Sebab capaian karir seorang peserta didik bukan hanya terletak pada kecerdasan intelektual (IQ) saja.
Ada cabang kecerdasan lainnya yang juga dapat mempengaruhi manusia terutama dalam aspek sosial yakni kecerdasan emosional.
Kecerdasan ini yang kadang biasanya masih belum terbentuk atau belum matang ada di dalam diri setiap peserta didik. Sehingga, selain mengajarkan mata pelajaran, guru juga memiliki kewajiban untuk memudahkan peserta didik meningkatkan taraf kecerdasan emosionalnya.
Sebab akan sangat merugi bila di sekolah hanya sekedar belajar mapel saja, tanpa ada usaha maupun strategi untuk peningkatan literasi emosional. Di masa depan, dua aspek kecerdasan ini idealnya akan saling bersinergi bersama mewujudkan pribadi yang tangguh dan berkompeten.
Mengenal Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (EQ) merupakan salah satu cabang kecerdasan yang fitrahnya sudah ada dalam diri setiap manusia. Jika kecerdasan intelektual cenderung pada aspek intelektualitas dan daya serap seseorang dalam memahami suatu hal, kecerdasan emosional malah cenderung pada aspek sosial.
Sederhananya, kecerdasan tersebut berkaitan dengan emosi seseorang. Secara istilah, emosi adalah suatu wujud perasaan dalam diri seseorang yang muncul sebagai tanggapan dari sesuatu maupun pertanyaan. Contoh, ketika Anda sedang marah, maka biasanya akan muncul dorongan pada diri Anda untuk menyerang balik.
Dalam penerapannya, kecerdasan emosional adalah upaya dalam diri seseorang untuk mengekspresikan segala emosi dan akan mengatasinya dengan cara – cara yang positif.
Biasanya, jika Anda memiliki kecenderungan tinggi pada penerapan kecerdasan emosional, maka sama halnya Anda memiliki kemampuan untuk bisa menjalankan komunikasi secara efektif.
Selain itu, EQ juga mampu membantu diri Anda untuk mengatasi kesulitan serta mengurangi konflik atau permasalahan yang terjadi.
Walaupun kecerdasan ini memang ada dalam diri, namun pengendaliannya bukan suatu bawaan dari kelahiran seseorang. Untuk mempelajarinya, maka Anda membutuhkan beberapa pengetahuan dasar dan tambahan mengenai emosi dan diwujudkan dalam kehidupan sehari – hari.
Bila Anda bisa mengendalikan emosi dalam diri sendiri, maka Anda terkategorikan sebagai seseorang yang mampu mengendalikan diri. Namun sebaliknya, bila Anda masih kurang mampu untuk meredamnya, bahkan sampai Anda tidak memedulikan lingkungan sekitar, maka dapat dipastikan kecerdasan emosional Anda belum sampai pada tingkatan tertinggi.
Kecerdasan Emosional dalam Kehidupan Sehari – Hari
Dalam kehidupan dan capaian karir, tidak semua peserta didik di masa depan akan mendapatkan kesuksesan berdasar kecerdasan intelektual saja. Namun, juga ditopang dengan latihan dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Bayangkan, bagaimana jadinya sebuah perusahaan atau lembaga, bila pemimpinnya hanya cerdas mengatur strategi namun kurang bersosialisasi?
Bagaimana bila seorang peserta didik sangat cerdas secara akademis, namun harus tertinggal lantaran wujud sosialisasinya yang buruk teman – teman sekitar? Semua contoh di atas juga akan membawa dampak tersendiri.
Sehingga guru perlu menanamkan dalam diri semua peserta didik, bahwa berjalannya kehidupan tidak boleh mengandalkan intelektual saja. Butuh untuk melatih dan meningkatkan kecerdasan emosional.
Kecerdasan ini juga tidak hanya berkaitan dengan cara mengendalikan amarah. Namun juga bagaimana seorang peserta didik bisa berempati dengan teman sekitar, membantu sesama, serta melakukan banyak hal baik sekaligus berusaha sabar menghadapi segala ujian terutama sebagai seorang pembelajar.
Dengan berlatih meningkatkan kedua cabang kecerdasan tersebut, maka seorang peserta didik secara tidak langsung sudah berusaha menyempurnakan kehidupan baik di bidang akademis maupun sosialisasinya.
Strategi Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Untuk menjadi seseorang yang memiliki level tingkat tinggi pada kecerdasan emosional, maka Anda perlu untuk melakukan beberapa strategi. Sebab keberadaannya bukan hanya terletak pada diri saja, namun juga harus ditingkatkan.
1. Melatih Diri untuk Berempati pada Orang Lain
Strategi pertama, guru bisa melatih para peserta didik untuk berempati pada sesama temannya yang mengalami kesusahan atau kesulitan. Pada awalnya, berempati terhadap orang lain memang bukanlah suatu hal yang mudah.
Anda harus merelakan waktu, tenaga bahkan harta Anda dalam melatihnya. Namun siapa sangka di balik kerelaan tersebut, di masa depan Anda akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari keseluruhan aspek yang Anda keluarkan pada saat berempati pada teman sekitar. Guru harus menekankan bahwa berempati juga merupakan sebuah aktivitas yang mulia.
2. Meningkatkan Latihan Kesabaran
Guru juga melatih kecerdasan emosional dengan banyak latihan untuk bersabar. Perlu diingat, menjadi seorang peserta didik yang sabar, bukan berarti mereka harus mengalah. Namun menyelesaikan segala permasalahan dengan tenang dan juga sabar. Di masa depan, tentu perasaan sabar tersebut akan mendapat balasan yang sesuai dengan amalan kebaikan yang sudah dilakukan.
3. Meningkatkan Keimanan pada Pencipta
Kemudian faktor ketiga yakni guru senantiasa mengarahkan para peserta didiknya untuk meningkatkan keimanan pada Pencipta.
Keimanan seseorang terhadap sang Pencipta akan berbanding lurus dengan kesabaran dan pertahanan emosi yang kuat. Sebab peserta didik yang seperti karakter di atas, akan mampu meredam emosi di manapun dan kapanpun.
4. Berpikir Sebelum Bertindak
Faktor selanjutnya yakni guru bisa mengarahkan dan melatih peserta didik untuk belajar berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Penting bagi setiap manusia untuk bisa memikirkan segala sesuatu yang akan menjadi konsekuensi atas segala perbuatannya.
Dampak Tidak Melatih Kecerdasan Emosional dalam Kehidupan
Dalam kehidupan, terdapat beberapa dampak bila seorang manusia tidak dapat melatih kecerdasan emosionalnya. Misal, seseorang akan mengalami kendala dalam hal pembelajaran terutama dalam belajar kelompok.
Hal ini terjadi sebab peserta didik tersebut belum mampu untuk berdiskusi atau bahkan belum pernah bersoasialisasi sebelumnya. Salah satu fenomena besar pada saat negeri ini sedang gencar melawan pandemi yakni terkait karkater individualis peserta didik akibat kebijakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Perlu diketahui, bahwa PJJ juga ternyata menjadi salah satu alasan mengapa sebagian peserta didik mengalami peningkatan pada sisi individualis. Hal tersebut terjadi lantaran mereka tak dapat bersosialisasi secara penuh dengan teman sekelasnya. Apalagi bagi seorang pelajar yang baru memasuki jenjang atau tingkatan sekolah yang baru.
Misal dari anak SD menjadi anak SMP tingkat pertama. Tentu saja, sebagian dari mereka akan kesusahan dalam bersosialisasi. Kendati sebenarnya mereka bisa memulai pertemanan melalui sosial media maupun dengan cara mengakses internet, namun pertemuan tatap muka secara langsung akan mengakrabkan dan mendekatkan mereka.
Selain itu, biasanya kecerdasan emosioal tidak bisa meningkat, lantaran seseorang tidak memiliki kepercayaan pada lingkungan sekitar atau mungkin seorang tersebut mengalami trauma mendalam dengan pertemanan. Semua kemungkinan tersebut bisa saja terjadi.
Demikian ulasan mengenai kecerdasan emosional dan beberapa faktor penyebabnya.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
(shd/shd)