Home / Kesiswaan / Media Mengajar / News

Senin, 28 Februari 2022 - 19:34 WIB

Psikologi Pendidikan Anak Sekolah Dasar

Dibaca 5,132 kali

Psikologi Pendidikan – Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan manusia yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

Selain itu, pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia sehingga psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendidikan.

Memahami peserta didik dari aspek psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan.

Oleh karena itu, hasil kajian dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan perkembangan anak.

Setiap individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan, serta pola perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagai implikasinya pendidikan tidak mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik.

Penyusunan harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan (Junaid, 2012: 93).

Memahami psikologi pendidikan anak sangat penting dilakukan oleh para orang tua dan guru. Dengan memahami psikologi pendidikan anak secara baik, orang tua dan guru dapat menerapkan

-metode pendidikan yang sesuai kebutuhan dan tahap perkembangan anak. Dengan demikian, hasil dari proses mendidik pun akan optimal.

Psikologi pendidikan anak berbeda-beda di setiap tahap usia. Psikologi pendidikan anak usia tentu saja berbeda dengan psikologi pendidikan anak usia dini ataupun anak-anak pada jenjang pendidikan di atas sekolah dasar.

Untuk memahami psikologi pendidikan anak , dapat mulai dengan memahami karaterisktik anak yang duduk di jenjang pendidikan dasar ini.

Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa manusia berkembang sejalan dengan pertumbuhan jasmani.

Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa ini anak-anak peka untuk belajar.

Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.

Bertingkat-tingkat yang dimaksud dalam hal ini yaitu jenjang pendidikan mulai dari SD, , SMA, dan kemudian .

Materi yang ada di dalam tingkatan tersebut juga naik, dari SD yang materinya rendah hingga perguruan tinggi yang materinya semakin kompleks

sehingga cara memberikan materi ini pun juga akan berbeda-beda karena karakter dari subjek didik tiap tingkatannya juga berbeda (Made Pidarta,  2007: 194)

Istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.

Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Sukmadinata (2008), terdapat tiga teori atau pendekatan mengenai psikologi perkembangan, yang terdiri atas pendekatan penahapan (memandang bahwa perkembangan individu berjalan melalui tahapan tertentu yang berbeda)

pendekatan diferensial (memandang individu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan yang akan menghasilkan kelompok-kelompok)

pendekatan ipsatif (berusaha melihat karakterisitk setiap individu). Dalam hal ini, pokok materi yang akan dibahas adalah pendekatan penahapan karena pada pendekatan tiap tahapan memiliki ciri khusus yang berbeda dengan tahapan lainnya.

Ciri inilah yang penting untuk diketahui sebagai bekal untuk menentukan sikap kepada peserta didik sehingga setiap tahapan yang dilalui oleh peserta didik dapat terlewati dengan baik

meski tidak memungkiri bahwa dua pendekatan lainnya tersebut juga penting. Pendekatan penahapan ini berkaitan dengan berbagai pendapat para ahli, di antaranya adalah Piaget, Bloom, dan Eric Erikson.

Sebelum memahami psikologi pendidikan pada anak usia SD, berikut adalah karakteristik anak diusia sekolah dasar:

Senang Bekerja dalam Kelompok – Pada usia SD kebanyakan anak mulai cenderung sering bersosialisasi. Pertemanan dan pergaulan dengan kelompok yang seumuran atau sebaya.

Hal tersebut akan membuat usia SD bisa belajar banyak hal, misalnya setia kawan, bekerja sama, dan bersaing dengan sehat.

Senang Bermain – Dunia dan waktu anak adalah dunia dan waktu untuk bermain yang setiap momentnya penuh dengan kegembiraan, demikian juga dengan kebanyakan anak diusia sekolah dasar.

Mereka masih sangat senang bermain, apalagi untuk anak sekolah dasar yang masih tergolong duduk di rendah seperti kelas 1,2 dan 3.

Senang Bergerak – Berbeda dengan orang dewasa yang betah duduk berjam-jam lamanya, kebnayakan anak pada usia sekolah dasar cenderung lebih aktif dan senang bergerak.

Baca Juga:  Yuk Simak! Pendaftaran Implementasi Kurikulum Merdeka

Kebanyakan anak diusia ini dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30 menit. Setelah itu anak perlu melakukan gerakan kesana kemari.

Senang Melakukan Sesuatu Secara Langsung – Kebanyakan anak usia sekolah dasar lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru jika ia dapat mempraktikannya sendiri secara langsung untuk membuktikannya.

Berikut adalah landasan psikologi pendidikan menurut para ahli:

Landasan Psikologi Pendidikan Menurut Jean Piaget – Piaget menjelaskan tentang pendekatan penahapan secara khusus yaitu kognisi.

Menurut Piaget, tahap perkembangan kognisi ini meliputi empat tahap diantaranya adalah sensorik motor, pra operasional, operasi konkret, dan operasi formal (Desmita, 2011).

Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2 tahun) – Pertumbuhan kemampuan anak terlihat dari kegiatan/aktivitas motoriknya. Jadi pada tahap sensori motor

kemampuan kognisi anak hanya terbatas dari reflek karena pemahamannya dibangun melalui koordinasi pengalaman indera mereka yaitu melihat dan mendengar dengan gerakan seperti menggapai dan menyentuh.

Tahap Pre-Operational (berkisar antara 2-7 tahun) – Anak pada periode pra operasional sudah mampu menggunakan kata-kata yang benar dan

mampu mengekspresikan kalimat pendek secara efektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan kemampuan berbahasa dan pemikiran simbolisnya.

Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun) – Masa ini merupakan masa dimana anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat kongkrit

karena anak belum mampu berpikir secara abstrak misalnya klasifikasi secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang kongkrit maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Tahap Formal Operational (berkisar antara 11-15 tahun) – anak sudah dapat berpikir logis terhadap masalah baik yang konkret maupun yang abstrak. Anak juga sudah dapat membentuk ide-ide dan masa depannya secara realistis.

 

Landasan Psikologi Pendidikan Menurut Benyamin Samuel Bloom – Bloom membagi sistematika perilaku manusia yang lebih dikenal dengan taksonomi perilaku. Pembagian tersebut dibedakan menjadi:

cognitive domain, affective domain, dan psychomotor domain. Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Hierarki Cognitive domain terdiri atas:

Pengetahuan (knowlegde) – Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

Pemahaman (comprehension) – Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari (Winkel, 1987: 150).

Penerapan (application) – Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru (Winkel, 1987: 150).

Analisis (analysis) – Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain (Santrock, 2007: 468).

Sintesis (synthesis) – Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain (Winkel, 1987: 151).

Evaluasi (evaluation) – Kemampuan untuk memberikan terhadap suatu materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan (Yaumi, 2013: 92).

 

Landasan Psikologi Pendidikan Menurut  Eric Erikson – Pendapat Erikson sering disebut dengan psikososial.

Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan seseorang. Menurutnya, setiap tahap perkembangan dari seseorang itu saling berkaitan satu sama lain.

8 tahap psikologis menurut Eric Erikson:

Trust vs mistrust (percaya vs tidak percaya) – Hal ini dapat diistilahkan sebagai bersahabat vs menolak. Tahap ini berlangsung pada usia 0-1 tahun.

Autonomy vs shame and doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu) – Tingkatan ini berlangsung pada akhir masa bayi atau usia 1-3 tahun.

Initiative vs guilt (inisiatif vs rasa bersalah) – yang terjadi pada tahun-tahun pra sekolah atau usia 3-5 tahun.

Industry vs inferiority (perasaan produktif vs rendah diri) – yang berlangsung kira-kira pada saat sekolah dasar atau usia 6-12 tahun.

Identity vs confusion (identitas diri vs kebingungan) – berlangsung selama masa remaja atau usia 12-18 tahun.

Intimacy vs isolation (intim vs mengisolasi diri) – terjadi selama tahun-tahun awal dewasa atau usia 19-25 tahun.

Generativity vs stagnation (generasi vs kesenangan pribadi) – yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa atau usia 25-45 tahun.

Integrity vs despair (integritas vs putus asa) – yang berlangsung selama akhir masa dewasa atau usia 45 tahun.

 

Sekian dari penulis, besar harapannya atas apa yang ditulis bermanfaat untuk semua pihak.

Terima kasih.

 

 

Penulis: Galih Pambudi

Share :

Baca Juga

News

Status Tenaga Honorer Terjamin, Tapi Ada 3 Golongan yang Tak Bisa Diangkat Jadi PPPK

News

Kemendikbud Menghimbau Pengisian Survei untuk Kepala Sekolah dan Guru

Kesiswaan

Mengenal Media Pembelajaran Dua Dimensi

News

Jadwal Pencairan Tunjangan Profesi Guru Mundur, Ini Jadwal Terbarunya
Ilustrasi Peserta PPG Dalam Jabatan 2023

News

Ada Agenda Penting Guru Non Sertifikasi Di Tanggal 22 Juli

News

Daftar Gaji Honorer Tiap Daerah, Ada Yang Capai 5 Juta

News

Pelamar Tes PPPK Guru 2023 capai ratusan ribu, Khusus untuk P1, P2, P3, dan P4, Begini Ketentuannya

News

Rekrutmen CASN 2023 Siap Diumumkan, Tinggal Satu Tahapan Saja
Download Sertifikat Pendidikan Gratis