Pembelajaran Berbasis Lingkungan – Proses pembelajaran sejatinya tidak hanya di dalam kelas, melainkan semua aspek yang ada disekitar peserta didik merupakan sebuah bagian dari pembelajaran. Baik lingkungan sekitar, kondisi geografis, maupun kondisi masyarakat sekitar.
Untuk lebih jelasnya disini akan diuraikan:
Pembelajaran adalah suatu sistem artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinteraksi antara satu dengan lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik dan peserta didik, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran, strategi pengajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran (Hamalik 2007:77).
Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. (Syaiful, 2003:61).
Lingkungan
“Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku
maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan, dan sebagainya”. (Majid, 2009: 170).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, lingkungan diartikan sebagai sebuah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku manusia (Poerwadarminta, Pusat Bahasa Depdiknas, 2009: 526).
Jenis lingkungan sebagai media pembelajaran untuk siswa SD sangat banyak dan beragam. Dengan demikian, guru perlu memiliki kemampuan untuk mengindentifikasi berbagai potensi yang ada pada lingkungan tersebut, dikaitkan dengan kemampuan yang harus diperoleh siswa.
Khususnya yang telah tertera dalam kurikulum. Misalnya, berupa rumusan kompetensi untuk mata pelajaran tertentu.
Demikian pula guru pun harus mampu memanfaatkannya secara maksimal. Sehingga, dapat membantu mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan siswa secara optimal.
Potensi lingkungan yang demikian banyak tersebut akan menjadi sia-sia jika guru tidak peka dan tidak kreatif dalam memanfaatkannya.
Pembelajaran berbasis Lingkungan
Pembelajaran berbasis lingkungan sebenarnya lingkunganlah yang menjadi media pembelajaran yang potensial, faktual serta fungsional bagi anak dalam mencapai kemampuan-kemampuan belajar yang diharapkan.
Pada dasarnya, semua lingkungan yang ada di sekitar siswa dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di SD. Hal itu sepanjang relevan dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa.
Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar. Yakni, lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan.
Karjiyadi (2012) mengatakan bahwa: “Pembelajaran berbasis lingkungan mengarah pada pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Lingkungan dapat diformat maupun digunakan sebagai sumber belajar.
Dalam hal ini, guru dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik sehingga dapat mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.
Menurut Mulyasa (Wahyuni, 2010: 12) pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara:
- Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain.
- Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber, bisa juga sumber tiruan, seperti model dan gambar.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas pembelajaran berbasis lingkungan adalah pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang membimbing peserta didik untuk menghubungkan pengetahuannya dengan kehidupan sehari-hari.
Proses belajar berdasarkan alam sekitar akan membantu anak didik untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitarnya.
Ovide Decroly dikenal dengan teorinya, bahwa sekolah adalah dari kehidupan dan untuk kehidupan (Ecole pour la vie par lavie). Dikemukakan bahwa bawalah kehidupan ke dalam sekolah agar kelak anak didik dapat hidup di masyarakat.
Ada dua istilah yang sangat erat kaitannya, tetapi berbeda secara gradual, ialah alam sekitar dan lingkungan.
Alam sekitar mencakup segala hal yang ada di sekitar kita, baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik yang silam maupun yang akan datang, tidak terikat pada waktu dan tempat.
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu.
Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisi kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting.
Lingkungan belajar/ pembelajaran/ pendidikan terdiri dari berikut ini:
- Lingkungan sosial adalah masyarakat, baik kelompok besar ataupun kecil.
- Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu lainnya
- Lingkungan alam (fisik) meliputi sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar
- Lingkungan kultural, mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, dan dapat dijadikan faktor pendukung pengajaran (Oemar Hamalik, 2003: 194-195).
Manfaat media berbasis lingkungan:
- siswa dapat lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
- menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam.
- siswa dapat memperlakukan alam sebagai satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
- lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa.
- penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning).
Selain hal tersebut, memanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar siswa yang lebih meningkat dengan dimungkinkannya penggunaan berbagai cara atau metode pembelajaran yang bervariasi.
Sebenarnya lingkungan menjadi media pembelajaran yang potensial, faktual serta fungsional bagi anak dalam mencapai kemampuan-kemampuan belajar yang diharapkan.
Pada dasarnya, semua lingkungan yang ada di sekitar siswa dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di SD. Hal itu sepanjang relevan dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa.
Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar. Yakni, lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan.
Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di linkungan siswa, dapat memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian siswa ke arah yang lebih baik. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi siswa. Sebab, lingkungan menyediakan media pembelajaran yang sangat beragam dan banyak pilihan.
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah. Seperti, sumber daya alam (air, hutan, tanah dan batu-batuan), flora dan fauna, fenomena alam (sungai, danau, gunung, pegunungan, lembah, ngarai, pantai, laut), serta cuaca, iklim, dan berbagai musim.
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap. Oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh siswa. Sesuai dengan kemampuannya, siswa dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya.
Misalnya mengenai terjadinya perubahan siang dan malam, suhu udara pagi dan siang hari, hujan dan panas. Masalah kerusakan lingkungan dan penyebabnya dapat juga dipelajari oleh siswa.
Seperti erosi, hutan gundul, pencemaran air, udara, tanah, dan sebagainya. Tentu saja cara mempelajarinya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa SD.
Dengan mempelajari lingkungan alam ini, diharapkan siswa dapat lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam.
Siswa tentu akan memperoleh susuatu yang sangat berharga dari kegiatan belajarnya yang mungkin tidak akan ditemukan dari pengalaman belajar di kelas.
Dengan mempelajari lingkungan alam sekitar, siswa dapat memperlakukan alam sebagai satu kesatuan utuh dan menyeluruh. Alam tidak dipandang sebagai ciptaan Tuhan yang berdiri sendiri dan sia-sia. Melainkan sebagai tempat berinteraksi.
Berinteraksi dengan lingkungan alam sekitar akan menimbulkan penghayatan baru dalam diri siswa tentang keterkaitan antarlingkungan.
Penghayatan baru terhadap keterkaitan berbagai lingkungan, akan lebih mendalam dan meluas manakala didukung oleh praktik pendidikan lingkungan yang terencana dan berkesinambungan.
Sekian dari penulis, besar harapannya apa yang sudah ditulis bermanfaat untuk semua pihak.
Terima kasih.
Penulis: Galih Pambudi