Insekuritas Peserta Didik – Salah satu permasalahan dunia pendidikan hari ini yakni berkembangnya stereotip mengenai insekuritas di kalangan peserta didik.
Sebagai dampak dari persebarannnya, mulai banyak fenomena insekuritas peserta didik yang membuat mengurung diri, kemudian ada juga yang menjadi pendiam, bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Jika dibiarkan tanpa pemberian solusi, maka generasi saat ini tidak akan segera beranjak dari permasalahan personal. Padahal, masalah bangsa lainnya jauh lebih besar dan luas cakupannya dibanding masalah insekuritas yang ada dan timbul dalam diri.
Mengenal Insekuritas
Insekuritas sebenarnya merupakan perasaan alamiah dalam diri seseorang. Adakalanya, seorang manusia tidak percaya dengan kemampuannya sendiri dan senantiasa merasa bahwa dirinya kurang dan memiliki banyak kesalahan.
Bisa jadi karena masalah fisik, intelektualitas maupun merasa tidak dibutuhkan dalam setiap hal. Di lingkungan pendidikan, masalah insekuritas menjadi masalah fenomenal yang setiap tahunnya mengalami beragam pengembangan.
Pada awalnya, rasa tidak percaya diri memang ada, bukan? Namun, semakin bertambahnya tahun, masalah insekuritas seakan – akan malah menjadi momok yang menakutkan sampai banyak digelar acara bertajuk self healing dan seminar untuk menghadapi rasa insekuritas.
Misalnya, ada seorang peserta didik yang merasa dirinya tidak cukup pintar namun masuk dalam kelas pilihan atau kelas akselerasi.
Tuntutan untuk menjadi anak teladan dan berprestasi seakan – akan akan menjadi beban. Jika peserta didik tidak mampu, maka mau tak mau rasa insekuritas yang ada dalam diri meningkat.
Faktor Timbulnya Insekuritas
Kehadiran insekuritas dalam diri seseorang tentu memiliki level dan tingkatan yang berbeda – beda. Tentu level dan tingkatan yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri sendiri serta faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar.
1. Faktor Internal
Faktor yang perlu dibahas pertama kali yakni faktor internal. Biasanya, peserta didik cenderung mengalami insekuritas disebabkan masalah kondisi diri maupun penampilannya.
Misalnya, jika peserta didik tersebut memiliki kondisi kulit yang lebih eksotis dibanding yang lainnya. Tentu hal tersebut akan menjadikan si peserta didik menjadi insecure dan malah kepikiran dengan berbagai ucapan yang dilontarkan teman – temannya.
Selain kondisi fisik, tingkat daya serap pada saat pembelajaran maupun intelektualitas peserta didik juga menjadi faktor internal.
Alamiahnya, memang para peserta didik datang dari berbagai latar belakang yang ada. Kondisi ini memungkinkan bahwa mereka pasti memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Karena hal inilah, peserta didik yang termasuk dalam kategori low, akan mencari grup pertemanan yang selevel dan senada.
Sehingga bukannya malah memperluas jaringan, insecure menjadikan peserta didik tak dapat mengembangkan sosialisasi maupun peningkatan intelektualitasnya.
Selain itu, pemikiran yang berlebihan dalam diri karena pandangan maupun tanggapan dari orang lain dapat meningkatkan poin insekuritas. Biasanya para peserta didik sangat rentan dengan sikap overthinking.
Bisa jadi karena model pendidikan dalam keluarga sehingga melahirkan sifat yang demikian, atau bahkan lantaran lebih sering berinteraksi dengan informasi maupun bacaan yang berkaitan dengan sikap overthinking. Overthinking juga bisa terlihat dari seberapa curiga peserta didik tersebut kepada teman sebaya lainnya.
Selain itu, biasanya para peserta didik rentan memiliki keinginan untuk membandingkan diri dengan yang lainnya.
Jika hasil perbandingannya baik, maka bisa jadi meningkat kepercayaan dirinya. Namun bila hasil perbandingannya buruk, maka bisa jadi malah jadi down dan akhirnya berefek pada pembelajaran.
Pun memiliki trauma dalam diri juga menyebabkan terjadinya peningkatan dalam insekuritas. Trauma itu bisa datang dari berbagai faktor bisa dari lingkungan pertemanan yang sebelumnya atau juga dari keluarga sendiri.
Hal lainnya yakni merasa diri sebagai seseorang yang perfeksionis. Pernahkah anda mengetahui bahwasannya ada buku yang bisa mengarahkan diri untuk menebak bagaimana kepribadian anda?
Nah, bisa jadi karena penafsiran yang salah dalam melihat pemaknaan dalam buku tersebut, maka peserta didik yang merasa dirinya menjadi perfeksionis akan terus mencela dirinya jika mendapatkan kekurangan.
2. Faktor Eksternal
Sedangkan faktor eksternalnya yakni bisa jadi karena mulai banyak peserta didik lain yang mencemooh atau bahkan mengejek dengan bahasa yang menyinggung.
Awalnya bisa saja karena peserta didik mengalami bullying, hingga akhirnya ia harus merasa insecure dengan dirinya sendiri. Bahkan semakin menegaskan dalam dirinya bahwa kehadirannya tidak berarti apa – apa di dunia.
Kemudian, perpindahan sekolah juga bisa menjadi penyebab meningkatnya rasa insekuritas. Merasa berbeda dengan para peserta didik lainnya baik dalam capaian akademik maupun kesukaan dalam hal permainan.
Selain itu, bisa juga faktor eksternal berasal dari lingkungan keluarga yang memiliki didikan ala otoriter. Sehingga hal ini menyebabkan si peserta didik merasa kurang percaya diri dengan keputusan yang dia buat.
Faktor kekurangan ekonomi juga bisa menjadi penyebab meningginya persentase insekuritas dalam diri.
Strategi Mengatasi Insekuritas Peserta Didik
Agar peserta didik dapat mewujudkan segala prestasi yang ada serta meningkatkan intelektualitasnya, maka penting bagi guru meredupkan bahkan memusnahkan rasa insekuritas. Guru perlu melakukan strategi khusus.
Pertama, guru memberikan penjelasan kepada peserta didik untuk terbiasa melakukan penerimaan terhadap diri mereka sendiri. Penjelasan ini penting sebab bagaimanapun juga manusia bukanlah makhluk yang sempurna.
Sehingga mereka pasti akan menemukan celah kekurangan dalam dirinya. Melakukan perbaikan dalam diri boleh, asalkan jangan sampai menyalahkan ciptaan Tuhan. Stigma positif inilah yang harus diajarkan pada anak didik.
Kedua, guru membantu peserta didik untuk memiliki berbagai kegiatan positif daripada harus terpaku dengan overthinking mengenai kondisi dirinya. Hal ini pada awalnya memang sangat sulit, namun pasti guru bisa mengarahkan pada peserta didiknya.
Ketiga, guru berusaha untuk memberikan beragam pemikiran positif untuk selalu menjaga dan menyegarkan pemikiran peserta didik. Hal ini bertujuan agar pemikiran mereka bisa terjaga dari berbagai stigma negatif apalagi hal maupun informasi yang merujuk pada insekuritas.
Keempat, selain ketiga usaha di atas, guru juga bisa mencoba untuk mempelajari psikologi perkembangan peserta didik agar lebih memahami berbagai permasalahan yang dialami berikut solusinya.
Kelima, guru mengajak para peserta didik untuk sering melakukan refleksi diri dengan lihat berbagai fenomena alam yang berada. Terlebih lagi, mengajarkan para peserta didik untuk lebih banyak bersyukur dengan segala ciptaan-Nya.
Misal, mengajak peserta didik untuk melihat kondisi masyarakat yang secara level ekonomi terkategorikan kalangan menengah ke bawah. Mengajak mereka untuk berdiskusi dan mengambil pelajaran dari realita yang ada.
Demikian ulasan mengenai insekuritas peserta didik serta beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh para guru. Menghilangkan insekuritas tentu saja tidak mudah. Sehingga butuh sinergitas dari guru, lingkungan sekolah bahkan orangtua.
Penting bagi guru untuk memahamkan para peserta didiknya untuk tak mudah menyerah dan kehilangan daya juang. Harus selalu optimis.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
(shd/shd)